Jakarta, CNBC Indonesia – United Overseas Bank (UOB) sukses menggelar Gateway to ASEAN Conference 2023, yang mengusung tema ASEAN Forging Ahead, pada Rabu (11/10) di Hotel Raffles, Jakarta.
Pada konferensi tahunan tersebut, UOB sukses mempertemukan para pemimpin bisnis, pemerintah dan mitra dagang, serta pakar dari berbagai bidang untuk mengeksplorasi peluang pertumbuhan dan investasi bagi perusahaan yang melakukan bisnis antar/dan di dalam ASEAN.
Selain itu, banyak tokoh yang memberikan paparan dan berdiskusi secara komprehensif membahas posisi ASEAN dalam memperkuat bisnis dan arus perdagangan di kawasan, termasuk didalamnya adalah memberikan nilai tambah pada komoditas, serta potensi ekonomi digital bagi masyarakat.
Presiden Direktur UOB Indonesia Hendra Gunawan mengatakan sebagai One Bank for ASEAN, UOB berperan sebagai katalis dan penggerak yang mendukung pemerintah, regulator, investor, dan masyarakat luas dalam rangka menciptakan pertumbuhan bagi Indonesia dan ASEAN.
“Bersama dengan komitmen jangka panjang UOB Group di kawasan (ASEAN), kami terus membantu bisnis untuk mencapai potensi yang maksimal dan menavigasi tantangan dengan memberikan solusi yang lebih baik,” ujar Hendra Gunawan dalam welcoming remarks pada UOB Gateway to ASEAN Conference 2023.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto yang hadir memberikan opening speech mengungkapkan bahwa wilayah ASEAN telah mencapai sejumlah pencapaian positif. Negara-negara anggotanya pun berhasil memperlihatkan ketahanan meskipun menghadapi kondisi eksternal yang tidak mudah.
Hal ini, kata Airlangga, disebabkan oleh dua kunci utama yang membuat ASEAN resilient di antara wilayah yang lainnya. Pertama, ASEAN didukung oleh permintaan domestik yang kuat, khususnya di bidang konsumsi dan investasi.
“Berdasarkan proyeksi IMF pada Oktober 2023, pertumbuhan ekonomi ASEAN mencapai 5,6% pada tahun 2022 diperkirakan sebesar 4,2% untuk 2023, naik menjadi 4,5% pada 2024,” jelas Airlangga.
Kedua, efek limpahan positif semakin meningkat permintaan di negara-negara mitra utama ASEAN, sehingga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kawasan ini berbagai jalur, termasuk perdagangan, pariwisata, dan arus masuk modal.
Selain Hendra Gunawan dan Airlangga Hartarto, beberapa tokoh juga hadir memberikan opening remarks. Mereka seperti Deputy Chairman dan CEO UOB Wee Ee Cheong, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Firman Hidayat, hingga Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Komunitas Ekonomi ASEAN Satvinder Singh.
Dalam sesi selanjutnya, Ekonom Senior UOB, Enrico Tanuwidjaja memberikan pemaparan menarik mengenai peluang Indonesia, hingga sentralitas ASEAN dan stabilitas politik yang menjadi kunci utama bagi ASEAN untuk terus maju.
“Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan bonus demografi yang paling menjanjikan, Indonesia tetap menjadi pintu gerbang strategis untuk membuka potensi perekonomian di kawasan,” kata dia.
Potensi ekonomi di Indonesia itu didasari oleh beberapa sebab. Seperti program industri hilirisasi yang terus didorong pemerintah menjadikan Indonesia sebagai kawasan strategis untuk menjadi pusat manufaktur di Asia.
Hilirisasi tersebut juga membawa berkah pada nilai tambah untuk beberapa komoditas. Seperti komoditas nikel yang meningkat nilai ekspornya menjadi sampai US$ 300 miliar dari yang sebelumnya hanya US$ 2 miliar.
Hal ini, lanjut Enrico dianggapnya sebagai peluang bagi Indonesia. Apalagi, saat ini ekosistem kendaraan listrik yang terus digaungkan di seluruh dunia sangat membutuhkan nikel, dan akan menjadikan Indonesia sebagai penerima manfaat dari transformasi struktural tersebut.
Selanjutnya, UOB Gateway to ASEAN Conference 2023 juga menghadirkan diskusi panel yang analitis dan eksploratif dalam 2 sesi. Pada sesi pertama, diskusi panel dengan tema “Adding Value to the Commodities Sector“ menghadirkan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi, General Manager Great Wall Motor Thailand Michael Chong, dan Managing Director, Sector Solutions Group, Group Wholesale Banking UOB Bonar Silalahi.
Mereka banyak membahas tentang peluang dan tantangan meraih nilai tambah dari sektor energi terbarukan yang tentunya juga dengan prinsip keberlanjutan. Yudo mengungkap pihaknya memastikan bahwa ke depan energi listrik di Indonesia akan menggunakan solar panel yang energinya akan berasal dari matahari.
“Ke depannya kita perlu new energy yang affordable yang bisa kita dapatkan di sini. Kita fokuskan kepada energi nuklir, hidrogen dan amonia. Kita akan lakukan ke sana ke depan, di 2060 energi kita ke depannya akan ke solar dari matahari,” kata Yudo Dwinanda Priaadi.
Dia menegaskan setidaknya ada tiga jenis energi baru yang akan difokuskan Indonesia ke depannya, yaitu energi nuklir, hidrogen, dan amonia. Meski energi baru, menurutnya energi ini juga harus bisa terjangkau, terutama dari sisi harga, bagi masyarakat.
Sementara itu, Michael Chong mengungkap pihaknya sebagai pemain di pabrik mobil listrik dan baterai mobil listrik (EV) melihat ASEAN menjadi market yang sangat strategis didukung dengan demografi yang luas dan pasar yang menjanjikan.
“Maka dari itu kita memiliki investasi yang sangat kuat di kawasan ASEAN. Untuk pengembangan kita disini sebenarnya kita masuk ke kawasan ASEAN pada tahun 2020, dengan mengakuisisi salah satu pabrik yang ada di Thailand,” jelasnya.
“Kami memiliki investasi yang kuat di kawasan ASEAN. Untuk pengembangan bisnis, kami telah memasuki kawasan ASEAN pada 2020 dengan mengakuisisi salah satu pabrik di Thailand,” ujarnya.
Selanjutnya, panel diskusi sesi 2 dengan tema “Unleashing the Digital Economy” menghadirkan pembicara yang tidak kalah menarik. Diantaranya adalah Asisten Gubernur, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Dicky Kartikoyono, President of Financial Technology GoTo Hans Patuwo, Direktur Channels and Strategic Partnerships Google Cloud South East Asia Megawaty Khie, serta Managing Director and Head, Telecom, Media & Technology, Sector Solutions Group UOB Terence Koh.
Dalam diskusi yang kedua, para pembicara membahas terkait urgensi adaptasi terhadap kemajuan digital dalam pemanfaatan perekonomian nasional. Misalnya BI yang mencatat inovasi QRIS membantu kalangan UMKM yang lebih berdaya melakukan pemanfaatan teknologi berbasis digital.
Dicky Kartikoyono mengungkapkan jumlah transaksinya di kalangan UMKM sebesar 1 miliar transaksi hingga saat ini. Transaksi UMKM ini, kata Dicky, mencapai 81% dari total keseluruhan transaksi QRIS.
“QRIS adalah instrumen yang menyediakan high frequency low value, maksudnya transaksi jumlahnya banyak, angka transaksinya banyak, 81% atau sekitar 1 miliar transaksi. Ini untuk UMKM,” ungkap Dicky Kartikoyono.
Yang menarik, kemudahan dan ragam fitur QRIS kini sudah bisa mendukung inklusi ekonomi dan keuangan digital serta konektivitas pembayaran antar negara. QRIS tercatat telah dijalankan di Thailand dan Malaysia. Ke depannya, Dicky mengungkapkan QRIS juga akan mulai dapat digunakan di China, India dan Jepang.
QRIS bukan satu-satunya potensi digital besar di Indonesia. Faktanya, Indonesia juga merupakan salah satu pasar terbesar untuk Google Cloud. Lebih dari setengah pendapatan platform penyedia layanan cloud computing tersebut di Asia Tenggara, datang dari Indonesia.
Hal ini diungkap oleh Megawaty Khie. “Jika dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Thailand, digabungkan masih lebih kecil dari Indonesia,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa permintaan atas layanan cloud di Indonesia makin besar seiring dengan peningkatan kepercayaan perusahaan dan individu atas keandalan dan keamanan data yang mereka simpan di cloud.
Meski demikian, ada kendala implementasi cloud di dalam negeri, yakni terkait izin yang penggunaan dari pemerintah.
Di sisi lain, Hans Patuwo mengungkapkan peluang ekonomi digital Indonesia juga semakin meningkat berkat eksistensi super app ojek online dan e-commerce. Salah satu contohnya perkembangan ekosistem GoTo, yang secara langsung dan tidak langsung berkontribusi 1- 2% terhadap produk domestik bruto Indonesia. Pada 2022, GoTo didukung oleh 2,5 juta mitra pengemudi, 18 juta pedagang, dan 16 juta pengguna dan telah menciptakan arus ekonomi baru melalui digitalisasi.
“Satu pelajaran yang dapat dipetik adalah… walaupun perkembangan transformasi digital sudah melaju pesat di Indonesia, jika dibandingkan dengan negara lain dengan penetrasi digital yang sudah tinggi seperti China, kita (Indonesia) masih harus menempuh jalan yang panjang. Untuk itu, saya percaya transformasi digital di Indonesia bisa lebih berkembang lagi,” kata Hans Patuwo.
Dalam closing remarks, Wholesale Banking Director UOB Indonesia, Harapman Kasan menyebutkan, dengan semua potensi yang ada di Indonesia dan ASEAN. UOB akan terus mendorong masuknya investasi asing ke Indonesia.
Untuk mendukung potensi tersebut, semua pihak perlu memanfaatkan digitalisasi demi membuka sektor bisnis baru dan mendorong pertumbuhan perekonomian. Di samping itu, diperlukan juga kolaborasi dari wilayah ASEAN dan Asia.
“Memanfaatkan kemitraan yang berkelanjutan antara pemerintah, industri, dan para pemimpin bisnis, kami percaya kompetisi, misi, dan keahlian ini akan terus menjadi kekuatan pendorong bagi perekonomian global,” tutur Harapman.
Deputy Chairman and CEO UOB Wee Ee Cheong mengungkapkan sepanjang 2022, arus perdagangan regional ASEAN mencapai US$ 2,1 triliun dan akan terus bertambah seiring perkembangan basis produksi dan konsumsi kawasan. Untuk itu, UOB pun memiliki komitmen besar terhadap perkembangan kawasan ini.
Ada tiga penghubung yang mampu mendorong pertumbuhan berkelanjutan di ASEAN, pertama, kebijakan pemerintah yang mampu memfasilitasi bisnis lintas negara. Kedua, Jaringan digital yang memfasilitasi pertumbuhan perdagangan. Ketiga, industri yang mendukung ekonomi global yang berkelanjutan.
“Bagi UOB, tujuan kami adalah berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi ASEAN yang berkelanjutan,” ungkap Wee Ee Cheong.
Pengembangan industri hilir dan transisi menuju perekonomian hijau di Indonesia juga menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan dan menciptakan peluang. Strategi ini akan membantu meningkatkan nilai tambah perekonomian nasional, mendukung tujuan-tujuan terkait pelestarian lingkungan, serta menciptakan lapangan kerja untuk pertumbuhan jangka panjang.
Sumber : CNBCIndonesia