Jakarta, CNBC Indonesia – Kawasan ekonomi ASEAN kini tengah di sorot dunia terkait posisi strategisnya dalam mempertahankan sentralitas di tengah pusaran rivalitas negara besar. 

Dalam menghadapi tantangan itu, Indonesia sebagai pemegang Keketuaan ASEAN ke 42 dan 43 tahun ini menekankan pentingnya nilai ‘ASEAN Matters: Epicentrum of Growth‘ yang juga menjadi tema keketuaan RI kali ini.

ASEAN Matters bermakna kuat untuk secara bersama menyongsong pertumbuhan dari kawasan yang krusial sebagai pusat pertumbuhan dan ketahanan ekonomi global. Tema ini juga membawa keketuaan ASEAN Indonesia 2023 berfokus di Jalur Ekonomi dengan mengangkat tiga pilar strategis.

Salah satunya Recover-Rebuilding para negara anggota ASEAN harus terus berkomitmen pada kebijakan pemulihan ekonomi yang terukur dan komunikatif untuk mengatasi inflasi dan volatilitas aliran modal.

Untuk itu, semua negara di kawasan ini harus melakukan pembangunan ulang yang terus mendukung pemulihan ekonomi yang semakin kuat. Hal ini mencakup pertumbuhan regional, konektivitas, dan daya saing yang baru. Lantas bagaimana dengan perkembangan ekonomi ASEAN saat ini?

Mengingat saat ini ASEAN berada di lima besar ekonomi dunia setelah Amerika Serikat (AS), China, India, dan Jerman. Data ASEAN Statistical Yearbook 2022 menunjukkan rata-rata Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita ASEAN mencapai US$ 5.248 pada 2021. Bila dirupiahkan maka nilainya sekitar Rp 79,87 juta per tahun.

Sebagai catatan, ASEAN berdiri pada 8 Agustus 1967 di Bangkok Thailand. Bila merujuk Data Bank Dunia menunjukkan rata-rata PDB pada tahun tersebut baru mencapai US$ 343,96. 

Foto: ASEAN statistical yearbook 2022
GDP per kapita ASEAN

Dilihat dari sisi PDB per kapita versi Bank Dunia tahun 2022, dari kawasan ini Singapura masih menduduki peringkat pertama. Wajar saja, negara ini menyandang predikat ekonomi negara maju dengan PDB per kapita sebesar US$ 82.807,6. Bila dirupiahkan maka PDB per Kapita Singapura menembus Rp 1,26 miliar.

Posisi kedua ditempati oleh Brunei Darussalam dengan PDB per kapita US$37.152,5 pada tahun 2022. Berikut daftar lengkap PDB per kapita negara-negara ASEAN.

Indonesia ada di peringkat lima dengan besaran US$ 4.788 atau sekitar Rp 72,87 juta per tahun.

Jika merujuk pada klasifikasi Bank Dunia, mayoritas negara di Asia Tenggara masuk kategori berpendapatan menengah ke bawah. Hal ini dikarenakan PDB per kapitanya berada di kisaran US$ 1.095 sampai US$ 4.465.

Sementara itu, dari dalam negeri PDB per kapita Indonesia terus meningkat. Namun, angkanya masih lebih kecil dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.

Melihat data Bank Dunia, saat ini perekonomian Indonesia pada 2022 dihitung berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 19.588,4 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp 71,82 juta atau US$ 4.788.

Ada sedikit perbedaan antara Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Dunia. Namun tetap sama, Indonesia masuk negara upper middle income.

Jika menilik data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDB per kapita Indonesia pada 2022 mencapai US$ 4.783,9 per tahun atau jika dirupiahkan menjadi Rp 71 juta.

Artinya, rata-rata penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 275 juta ini punya pendapatan sekitar Rp 71 juta per tahun atau sekitar Rp 5,9 juta per bulan. Pendapatan PDB per kapita penduduk Indonesia pada2022 tercatat naik sekitar Rp 8,7 juta dibandingkan 2021 atau sekitar 14%.

Lonjakan PDB per kapita ini terjadi seiring dengan kenaikan PDB nasional atas harga konstan yang begitu signifikan dari Rp 11.120,1 triliun pada 2021 menjadi Rp 11.710,4 triliun pada 2022.

Sumber : CNBCIndonesia

Share.
Exit mobile version