Medan,- Indonesia Emas 2045 yang makmur, sejahtera dan unggul hanya bisa dicapai dengan menggerakkan literasi. Ketika literasi sudah merambah ke berbagai lini pengetahuan, akan muncul keterampilan serta sikap sebagai manusia yang literat.
“Yang diperlukan adalah mengorkestrasikan ide-ide cemerlang lewat kolaborasi program agar cita-cita Indonesia Emas terwujud,” kata Wakil Rektor I Universitas Prima Indonesia (UPI), Abdi Dharma mengawali gelar wicara Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), Senin (4/12/2023).
Fokus dari Indonesia Emas 2045 terletak pada sumber daya manusia dan penguasaan Iptek. Karena hal tersebut menjadi salah satu dari visi Indonesia Emas 2045 yang digaungkan Bappenas.
Sementara, keberadaan perpustakaan sebagai penyedia informasi dan pengetahuan memegang andil menggali potensi kedaerahan lewat bahan bacaan yang pas dengan pengembangan kualitas masyarakat. Tidak hanya berfungsi sebagai repositori.
Paradigma perpustakaan mengharuskan perubahan yang menjadikan perpustakaan sebagai ruang terbuka. “Dan harapan Indonesia Emas 2045 berada di pundak para mahasiswa saat ini,” ujar Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatra Utara, Dwi Endah Purwanti.
Senada dengan Endah, Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Adin Bondar menegaskan bahwa ruang terbuka yang disediakan perpustakaan diyakini akan meningkatkan kualitas kemampuan dan hidup civitas akademika. Setiap orang punya kesempatan mengakses, mendaya cipta dari pengetahuan yang diperolehnya.
“Kemiskinan ekonomi membuat seseorang tidak berdaya karena tidak ada proses edukasi yang baik dalam meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena itulah perpustakaan harus masuk,” ucap Adin.
Provinsi Sumatra Utara sebagai wilayah dengan penduduk terbanyak di Pulau Sumatra, juga tengah berjuang menurunkan angka stunting melalui penguatan literasi yang dimasifkan. Kebutuhan bahan bacaan saat ini masih belum mencapai kondisi ideal dengan perbandingan jumlah penduduk, bahkan wilayah Pakpak Bharat dan Simalungun masih mencatat angka buta aksara di kalangan siswa dasar.
Program gebyar literasi, talk show kegemaran membaca, akses buku digital (e-book), gerobak baca, peminjaman buku melalui aplikasi pengantaran, hingga pendirian belasan titik baca digital (POCADI) diharapkan mampu menjadi solusi persoalan literasi di masyarakat.
Sementara itu, Guru Besar Universitas Sumatra Utara, Jonner Hasugian menilai munculnya industry 5.0 mesti disikapi perpustakaan sebagai inovasi dalam pemanfaatan layanan pengetahuan secara digital
“Pengembangan kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI) menjadi suatu solusi yang menarik dan berpotensi untuk mengoptimalkan peran dan perpustakaan. AI mendorong perpustakaan unlimited access dan tidak terbatas waktu,” ujarnya.
Menurut dia, AI mampu melakukan tugas -tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia, seperti mengenali objek, pengenalan ucapan, pengambilan keputusan, dan penerjemahan antarbahasa. Kemajuan pemrograman AI menjadikan pengembangan smart library tinggal menunggu waktu. “Perpustakaan merupakan user oriented. Tanpa pengguna, perpustakaan akan habis,” kata Jonner mengakhiri.
Source : DNABerita