Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia sebagai salah satu founding fathers Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan Ketua Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN tahun ini, senantiasa memastikan ASEAN menjadi kawasan yang tidak dipandang sebelah mata oleh dunia internasional.
Indonesia pun mendorong ASEAN sebagai ‘pusat baru’ dan terus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Salah satunya dengan strategi mengatur rantai pasokan global yang pada akhirnya akan mengundang sumber investasi.
Dalam hal ini, ASEAN dan Indonesia terus bekerja keras dengan menjalin kerja sama komprehensif bersama negara lain, salah satunya ialah China. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Juli lalu menyampaikan bahwa China adalah mitra penting ASEAN dalam menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik selama lebih dari tiga dekade.
Secara ekonomi, China adalah mitra dagang terbesar ASEAN. Begitu juga sebaliknya, ASEAN adalah mitra dagang terbesar China. Perdagangan keduanya mencapai US$ 975 miliar. Beijing juga menjadi sumber investasi asing terbesar keempat bagi ASEAN dengan nilai US$ 13,8 miliar di 2021.
“Kemitraan kita semakin penting di tengah tantangan yang semakin meningkat,” kata Retno belum lama ini, dikutip Rabu (16/8/2023).
Salah satu hal yang diperhatikan ASEAN terhadap kerja sama China adalah meningkatkan fokus pada konsep China plus one strategy, di mana perusahaan-perusahaan negeri panda ini mendiversifikasi operasinya atau mendirikan basis manufaktur baru di luar negeri. Langkah ini dilakukan sambil tetap mempertahankan keberadaannya di China sembari mencari peluang investasi baru, seperti kawasan ASEAN.
Dikutip dari The Edge Malaysia, Kepala ekuitas pertumbuhan Eastspring Investments John Tsai mengatakan bahwa China plus one strategy membuat negara-negara Asean bersama dengan India menjadi penerima manfaat terbesar dari diversifikasi rantai pasokan global tersebut.
Pasalnya, China sebagai pusat manufaktur terbesar di dunia, memiliki nilai tambah manufaktur sebesar US$ 4,9 triliun pada 2021. Sebagai perbandingan, total nilai tambah manufaktur Asean seperti Singapura hanya US$ 579 miliar.
“Bayangkan di bawah strategi China +1, nilai tambah manufaktur China turun 10% dan setengahnya masuk ke Asean, dampaknya terhadap Asean akan sangat besar, dan itu akan menjadi peningkatan 42% dalam nilai tambah manufaktur ke Asean,” jelas Tsai.
Lebih lanjut, Indonesia juga memiliki visi untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan dunia sesuai tema KTT ASEAN tahun ini, yakni ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN atau AECC (ASEAN Economic Community Council) Airlangga Hartarto mengatakan ada tiga hal yang perlu didorong untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan yaitu mengembangkan ketahanan kawasan, memperkuat faktor-faktor pendukung, serta mendorong implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).
Ketahanan kawasan akan diwujudkan dalam bentuk arsitektur kesehatan, ketahanan pangan, stabilitas keuangan, dan ketahanan energi. Terkait ketahanan energi, program akan diarahkan untuk mendukung percepatan transisi energi. ASEAN akan didorong sebagai hub kendaraan listrik global, serta penguatan upaya de-karbonisasi sektor transportasi.
Sementara itu, faktor pendukung yang akan diperkuat adalah Sustainable Development Goals (SDGs), pasar keuangan dan investasi, transformasi digital, ekonomi kreatif, serta penanganan perubahan iklim.
“Tema dilatarbelakangi oleh modalitas yang mendukung pertumbuhan ekonomi ASEAN, seperti populasi usia produktif yang tinggi, pendapatan per kapita yang terus meningkat, serta perjanjian perdagangan dengan mitra dagang utama yang menjamin akses pasar dan kebutuhan dunia usaha,” tutur Airlangga.
Cita-cita ini sebetulnya tidak mengagetkan. Pertumbuhan ekonomi ASEAN yang tinggi sudah diprediksi oleh beberapa pihak. Boston Consulting Group (BCG) misalnya, mereka memperkirakan ekspor ASEAN akan melonjak hingga 90% hingga 2031 mencapai sekitar US$ 3.2 triliun setiap tahunnya. Angka tersebut sangat fantastis mengingat perdagangan global diperkirakan tumbuh di bawah 30%.
BCG juga memperkirakan ASEAN akan menjadi 40% penyuplai perdagangan global pada 2031. ASEAN akan menjadi pemasok produk pertanian, tambang, consumer goods, industri berat, layanan teknologi, otomotif, apparel, hingga semiconductor.
Dari sisi investasi, ASEAN terus menjadi tujuan utama investor asing. Nilai investasi asing yang masuk ke kawasan ASEAN pada 2021 menembus US$ 179 miliar atau 10,8% dari nilai investasi asing global. Jumlah tersebut juga melonjak 46,8% dibandingkan pada 2020.
Salah satu investasi yang terus digencarkan untuk masuk ke ASEAN adalah investasi yang bertujuan untuk memenuhi permintaan rantai pasokan global seperti chip, smartphone, kendaraan listrik, dan baterai.
United Overseas Bank (UOB) sebagai salah satu bank terdepan di kawasan ASEAN juga terus mendukung rantai pasok ASEAN terus tumbuh. Selama 40 tahun terakhir, UOB terus aktif membantu klien dan para nasabahnya di berbagai industri dan wilayah untuk membuka peluang yang ditawarkan ASEAN melalui solusi keuangan yang mereka miliki.
Misalnya saja, UOB telah meluncurkan program manajemen kas dan pembiayaan pemasok untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan para pemain perdagangan modern di kawasan ASEAN. Hal ini memungkinkan mendukung perusahaan dalam perdagangan lintas batas di Kawasan ASEAN.
Bank UOB juga senantiasa menawarkan solusi khusus, pengetahuan industri, dan keahlian pasar bagi para pelaku industri. Di luar perbankan, UOB juga konsisten membantu klien industri mereka untuk bisa memanfaatkan perpaduan keragaman budaya, bahasa, dan peraturan di kawasan ASEAN, untuk memenuhi ambisi ekspansi mereka.
Sebagai informasi, untuk Keketuaan ASEAN pada tahun ini, Indonesia sudah menyusun 16 priority economic deliverables (PED). Di antaranya adalah Kerangka Kerja Fasilitasi Jasa ASEAN, memajukan konektivitas pembayaran serta mempromosikan literasi dan inklusi keuangan digital, pengembangan ekosistem kendaraan listrik, serta pengembangan
Kerangka Ekonomi Biru ASEAN Ke-16 PED ini merupakan bagian besar dari fondasi yang kuat bagi visi jangka panjang ASEAN post-2025 dengan rentang 20 tahun atau disebut 2045 Vision.
Sumber : CNBCIndonesia